Kisruh
partai beringin tidak pernah surut sejak tumbangnya Orde Baru. Persis setelah
tampuk kepemimpinan dipegang Akbar Tanjung, suasana politik partai Golkar semakin
gemuruh. Senggolan antar kader sering terjadi, kepentingan kelompok pun mulai
tumbuh.
Belum
lama ini, partai kuning itu kembali terbelah menjadi dua kubu. Pertama kubu Aburizal
Bakrie, kedua kubu Agung Laksono. Dua kubu ini saling bertarung merebut kader
dan legalitas munas. Sampai akhirnya dua kubu ini mengajukan gugatan kepada
Kemenhumka untuk mencari “pemenang” kubu siapa yang legal dan patut diakui.
Alhasil,
dualisme kepemimpin parta beringin itu diputuskan dan dimenangkan kubu Agung
Laksono. Berdasarkan surat keputusan Kemenhumkan. Sejak saat itu Agung Laksono
mulai menata kembali struktur partai dan melakukan kunjungan politik terhadap
pemimpin partai politik lain sebagai ajang penggalian dukungan.
Pertanyaannya?
Kalau ada kubu yang menang berarti ada kubu yang kalah. Nah, kubu yang kalah ini
bagaimana nasib kedepannya? Apakah tetap ‘ngotot’ memperjuangakan kubunya atau
melebur dengan kubu yang mendapat legalitas dari pemerintah?
Hasil
data BAND IT sejak 16-22 Maret menyebutkan Aburizal Bakrie dinilai tidak
memiliki legalitas untuk menggelar Munaslub. Ini menunjukkan bahwa kepemimpin
Agung Laksono lambat laun mulai diakui oleh berbagai kalangan. Manuver politik
yang dilakukan Agung pun dinilai berhasil. Hal ini sontak membuat Ical mendapat respon negative oleh
Nitizen jika tetap ngotot menggulingkan Agung Laksono.
Tak
peduli akan respon Negatif, Ical tidak hanya diam, apalagi melihat gebrakan
agung laksono yang gesit membuat kubu
Ical semakin panas. Suhu politik tersebut diperkuat dengan adanya wacana bila
kisruh Golkar berlanjut, bisa melahirkan partai Baru. Dan kemungkinan itu
terbuka lebar.
Sehingga
kubu Ical menurut saya perlu membuat suatu gebrakan, dimana Ical dan pendukung
setianya, tidak lagi mengkisruhi kepemimpinan Agung laksono akan tetapi
menkonsolidasikan ulang arah dan kebijakan Ical kedepan. Salah satunya adalah
merintis partai baru sebagai basis dan gerakan politik Ical kedepannya.
Sebab
tidak mungkin jika ical ‘berdamai’ dengan kubu Agung laksono. Ada banyak faktor
yang mendukung itu, salah satunya adalah harga diri Ical dimata masyarakat.
Dimana Ical telah sakit hati oleh munas tandingan dan Ical terlihat gigih
merebut kursi satu di Golkar.
Keputusan
Kemenhumkam ada kartu sakti bagi Agung Laksono untuk berbuat dan bertindak.
Sementara kubu Ical tidak ada landasan hukum yang mengayomi. Oleh karena itu
piliha Ical adalah menununggu dalam ketidak pastian atau bergerak menemukan
formula baru.
Formula
baru ini adalah media untuk mengumpulkan barisan sakit hati terhadap kaderisasi
Golkar dibawan Naungan Agung Laksono. Barisan sakit hati ini dapat kuat karena
didukung dengan pengalaman pahit akibat pertarungan politik intern yang kuat.
Dus,
kubu Ical ini akan menjadi solid jika Ical sendiri berani melakukan terobosan
atas perlawan terhadap kubu Agung Laksono. Bung Ical Selamat berjuang.
Tag :
Polhuk
0 Komentar untuk "Sikap Bijak yang Perlu dilakukan oleh Bung Ical"