Berbicara
traveling, naik gunung masih menjadi pilihan favorit untuk melepaskan penat di
akhir bulan. Naik gunung merupakan sarana pengalaman pribadi yang mampu
menghipnotis mata dan rasa. Ia bersifat sangat personal. Satu sama lain bahkan
bisa merasakan hal yang berbeda meski naik secara bersamaan.
Pengalaman
itulah yang membuat seseorang sering kali ketagihan untuk naik gunung. Ia harus
menaklukkan medan, trek yang berliku
dan tajam. Namun dibalik itu ada kegembiraan yang seringkali merengkuh para
pendaki. Ada banyak yang gugur sebulum mencapai puncak, tapi tak sedikit pula
yang berhasil menelanjangi puncak. Selfi, foto bersama, rebahan bankan merenung
memandang lautan awan dan sorot Jingga mentari kamu lakukan.
Hanya
senyum yang tertinggal ketika membicara manisnya naik gunung. Tapi naik gunung
secara filosofis bukan hanya sebatas senyum melihat hasil foto selfi kamu, dimana
kamu naik gunung hanya terbawa suasana hati tanpa adanya refleksi diri yang berarti.
sehingga tujuanmu hanya sampai puncak dan mendapatkan foto selfi yang bagus.
Nah, bagi
kamu yang belum tahu apa filosofi naik gunung, Trendezia ini akan memberikan beberapa
pandangan terkait filosofi naik gunung yang menakjubkan.
Selain sebagi pelepas penat, naik gunung juga
sebagai ajang refleksi diri, sejauh mana
perbuatan kita sampai hari ini, lebih banyak berbuat baiknya atau sebaliknya?
Diatas
gunung kita akan menemukan tempat yang sunyi dan indah, hempusan angin dan
dingin merangkul menjadi ajang yang tepat untuk menghayati hidupmu selama ini,
sudahkah sesuai ajaran hidup atau belum?, apa yang perlu diperbaiki dan hal-hal
apa saja yang perlu dipersiapkan ketika kamu kembali turun kebawah nanti?
Hidup itu seperti naik gunung, tujuannya beragam,
mulai ingin sampai puncak, ngecamp,
kumpul bersama teman, selfi diatas puncak, atau sekedar ingin melihat indahnya
negeri atas awan. Begitu juga dengan hidup, semua orang memiliki tujuan
sendiri-sendiri.
Naik gunung
itu semakin keatas akan semakin capek dan dingin, tapi tengah-tengah perjalanan
kita bisa berteduh istirahat sambil meminum atau sekedar menghela peluh, lantas
kamu meneruskan perjalan lagi, nah tepat disitu dalam hidup kita tidak perlu
terburu-buru dalam mengejar harapan, kamu perlu manajemen hidup yang bagus agar
sampai tujuan dengan selamat dan segar.
Kamu akan merasa kecil dan tak berdaya ketika
sampai diatas gunung, hanya takjub dan syukur kepada-Nya adalah pilihan
satu-satunya.
Naik gunung
akan semakin memupuk rasa syukurmu kepada sang pencipta. Sepanjang perjalanan
kamu akan menemui hal-hal yang diluar batas kemampuan manusia, pohon, lautan
bunga, sabana dan julangan batu besar membuat diri kita taka da apa-apanya,
makanya kadang kita ‘malu’ jika sombong dengan apa yang telah didapatkan.
Naik gunung perlu persiapan matang, seperti
hidup untuk mencapai puncak karier kamu perlu persiapan matang sejak awal.
Naik gunung
bukan seperti traveling sembarangan, kamu akan kesusahan jika perlengkapan
utama tidak dibawa, hal-hal kecil semacam jaket, pelindung kaki dan tenda dan
perlengkapan lain mutlak dipersiapkan. Karena mengabaikan itu akan
mengakibatkan fatal, semisal datang badai, hujan dan semacamnya, kamu bisa jadi
terkena hepertomia jika tidak safety.
Jika puncak gunung adalah tujuan utamamu,
berarti kamu belum menemukan apa hakikat naik gunung itu sendiri.
Sebagaimana
hidup, sejatinya tujuan hidup bukan mencapai karir terpuncak, apalagi sekedar
menjadi kaya, Hidup adalah usaha menemukan kedamaian dan makna kenapa kamu
dilahirkan didunia ini.
Akhirnya
itulah 5 nilai filosofis naik gunung yang perlu kamu ketahui sebelum mendaki,
tidak menutup kemungkinan dari lima itu kamu akan mendapatkan nilai filosofis
maupun spiritual dalam setiap langkah pendakian. Lantas apa yang kamu cari
selain kedamain dan kepuasan batin?
Tag :
lifestyle
0 Komentar untuk "5 filosofi yang Perlu Kamu Ketahui Sebelum Naik Gunung"