Mengapa Dolar USA naik, sementara Rupiah Anjlok?

Rabu, 18 Maret 2015

Bagikan :

Tweet

Dolar USA naik. Rupiah melemah. Banyak orang dibuatnya resah. Harga-harga elektronik tiba-tiba naik tak bertuah. Kondisi inilah yang dialami oleh negara berkembang seperti Indonesia. Nilai tukar rupiah atas dolar terjun bebas sampai level Rp.13.245. Kita mesti  semakin bijak untuk mengambil pelajaran atas naiknya dolar. Berikut adalah alasan-alasan mengapa dolar USA naik fantastik mengalahkan fenomena batu akik sekalipun.

Kenapa nilai tukar dolar USA bisa naik?

Koran Tempo pada 16 Maret 2015 menyebutkan melemahnya rupiah berlangsung sejak awal 2012. Sebelumnya rupiah sempat menguat sampai Rp. 8.464 pada 2011. Akan tetapi semakin turun drastis pada 2014 mencapai Rp.12.00 dan puncaknya pada 2015 sampai menyentuh level terendah Rp.13.245.

Ini dikarenakan, pada 2015 pemintaan dolar dipasaran sangat tinggi sementara dolar yang beredar dipasaran terbatas. Maka sesuai dengan hukum ekonomi, jika permintaan naik, maka nilainya pun akan naik pula.

Sentimen Kenaikan Bunga The Fed

Kenaikan itu dipicu oleh rencana Bank Federal USA (The Fed) pada 2014 yang akan mengurangi dana stimulus moneter. Dan pemerintahan Amerika berniat menahan peredaran asetnya dan tak mau melepas kepasar. Alhasil, kenyataan ini memicu masyarakat berbondong-bondong memborong dolar. Kawatir dikemudian hari tiba-tiba peredaran dolar dipasaran langka.

Ironisnya, sampai saat ini The Fed belum mengumumkan apakah benar-benar mengurangi stimulus atau tidak. Sehingga dalam penantian itu, banyak orang yang menyimpan dan menahan dolar. Maka peredaran dolar dipasaran tidak stabil mendekati langka. Ketidakstabilan itulah yang membuat nilai mata uang dinegara berkembang seperti Indonesia ini semakin melemah. Dan diprediksi akan anjlok sampai Rp.13.500 per dolar.

Nilai impor jauh lebih besar dari pada nilai ekspor

Diatas adalah melemahnya rupiah karena faktor eksternal. Sementara faktor internal disebabkan oleh tingginya permintaan impor atas barang/jasa luar negeri. Artinya Indonesia mengalami ketergantungan baik barang maupun alat pembayaran dari luar negeri. Dan alat pembayaran international itu kebanyakan memakai dolar. Jadi, kita lebih banyak membutuhkan dolar, sementara pemasukan kita dari rupiah.

Berbeda dengan Ekspor, artinya Negara mendapatkan dolar tanpa mengeluarkan rupiah. Sehingga jika ekspor semakin digenjot maka kita akan mengalami surplus (kelebihan) dolar. Berarti ini akan memperkuat nilai tukar rupiah atas dolar. Makanya mutlak bagi pemerintah untuk menyempitkan impor dan menggenjot ekpors.

Minimnya Pemakain Transaksi Rupiah Dalam Negeri

Inilah kelemahan kita, terutama Negara berkembang yang telah dibuat ketergantungan atas kurs mata uang dollar. Kita telah dibentuk sedemikian rupa untuk memakai dolar, dimudahkan tranksasi dan sebagainya. Inilah yang membuat para pengusaha gemar melakukan transaksi memakai mata uang dolar. Sementara pemakaian transaksi rupiah dalam negeri minim. Tak ayal, jika permintaan mata uang dolar dalam negeri juga begitu besar. Oleh karena itu, para pengusaha mulai saat ini, harus mulai mengkampanyekan pemakaian transaksi rupiah dalam negeri secara maksimal dari pada dolar. 

Tag : bisnis