Jogjakarta tidak hanya dikenal sebagai kota gudeg dan
kota pelajar saja. Orang-orang dari berbagai daerah datang ke kota ini dengan
berbagai tujuan, mulai dari berwisata, belajar, bekerja dan sebagainya. Mulai
dari yang tinggal sementara ataupun menetap. Keramahan dan keterbukaan
masyarakat jawa, khususnya Jogjakarta menciptakan pluralisme di kota ini. Ya jogjakarta memang kota yang tidak pernah
habis untuk dibicarakan.
Jogja, sebutan popular untuk Nagari Kasultanan
Ngayogyokarto Hadiningrat ini pun dikenal dengan kota seni dan budaya. Kota
jogja mempunyai nilai sejarah yang sangat besar bagi perkembangan Negara Indonesia.
beridirinya Keraton Kasultanan Yogyakarta yang masih berdiri dan terjaga hingga
kini, menjadikan kota Jogja sebagai poros atau sentral kebudayaan jawa.
Geliat seni masyarakat di kota ini tak pernah surut.
Bahkan seni di Jogjakarta, dianggap berperan membentuk suatu identitas budaya. Mulai
dari kesenian tradisional Jawa, hingga kesenian kontemporer yang semakin
berkembang seiring perkembangan jaman. Seniman perupa, musisi, dan seniman
lainnya, lahir dan berkembang di Jogja melalui ruang seni yang ada.
Ruang seni yang dimaksud diantaranya adalah institusi
resmi pemerintah ataupun kampus. Kampus Seni yang terkenal di Jogja adalah
Institut Seni Indonesia Yogyakarta, didukung banyak lainnya kampus-kampus yang
memberikan ruang seni bagi orang-orang yang menjiwainya. Berbagai galeri seni
dan ruang pertunjukan di Yogyakarta seperti Jogja Gallery, Taman Budaya
Yogyakarta, Jogja National Museum, Bentara Budaya, dan sebagainya.
Jazz Mben Senen
Event seni yang digelar di kota ini juga tak pernah putus
dan habis dari tahun ke tahun. Acara tahunan yang digelar seperti Festival
Kesenian Yogyakarta, Bienalle Jogja, ArtJog, dan lainnya. Hingga acara mingguan
yang digelar rutin seperti Jazz Mben Senen yang masih menunjukkan eksistensinya
sejak tahun 2000 hingga sekarang. Seperti sebutannya, Jazz mben senen digelar
setiap hari senin di Bentara Budaya, Kompas mulai jam 20.30 hingga 24.00.
Awal diadakannya gelaran ini, mempunyai tujuan
menyosialisasikan music jazz ke semua lapisan masyarakat. Bisa dibilang sebagai
suatu bentuk ‘perlawanan’ terhadap pertunjukan jazz yang elit. Jazz identik
dengan gedung yang mewah, harga tiket yang mahal, dan hanya bisa dinikmati oleh
kaum borjuis. Tujuan ini lah yang dibangun untuk mengoreksi pandangan
masyarakat bahwa musik jazz bisa dinikmati semua orang, dan tentunya tanpa menunjukkan ‘eksklusivitas’ atau ke-elitan
sedikitpun.
Sejak jaman kolonial, musik jazz dipakai sebagai pembeda
antara kalangan elite belanda dengan pribumi. Pandangan ini pun semakin
berkembang pada masa orde lama, orde baru hingga pasca reformasi, bahwa musik
jazz hanya dinikmati oleh kalangan menengah ke atas. Sementara di Negara
lahirnya sendiri, jazz justru bukan dianggap sebagai musike elite, tetapi lebih merupakan musik perlawanan dari kaum Afro-Amerika
(Rahadianto 2010).
Namun di Jogjakarta, Kota yang serba bisa. Mampu mengubah
konsepsi tersebut. Musik jazz di Jogjakarta sudah mengalami transformasi pada
level lokal. Beriringan dengan gelaran jazz yang lain seperti Ngayogjazz, jazz
berkembang di Jogja dengan menyertakan unsur-unsur lokal, mengembalikan ke
tradisi sesuai konteks Yogyakarta.
Terlepas dari itu semua, Jazz mben senen mampu memberikan
hiburan yang menyenangkan bagi masyarakat Jogjakarta dan wisatawan yang datang
berkunjung ke Yogyakarta. Lantunan music jazz, ketukan drum disertai berbagai
instrument lainnya, mampu menyihir para penonton untuk menggoyangkan kepala.
Ditambah lagi gojekan MC yang njawani
banget yang membuat suasana makin seru dan melahirkan atmosfer yang baru.
Sebetulnya tidak hanya Jazz Mben Senen yang digelar rutin
di Jogja, Komunitas Jazz Jogja secara
rutin menggelar pertunjukan jazz seperti diantaranya Jazz Gayeng, NgayogJazz, Etawa Jazz, Jazz on The Street, maupun Jazz Sunrise yang semuanya mempunyai
‘kemasan’ yang hampir sama. Sedikit
Berbeda, Ngayogjazz digelar secara
rutin setiap tahun dengan venue di
desa-desa, seperti Desa Wisata Brayut di Sleman merupakan salah satu langganan
panggung Ngayogjazz.
Tak hanya gelaran panggung, Komunitas ini, juga melakukan
pertunjukan musik jazz dan mendokumentasikan karya ke dalam CD album kompilasi yang
hingga kini sudah mempunyai lima album kompilasi. Album-album tersebut
merupakan perpaduan dari beberapa project dan lagu yang dikemas dalam sebuah
CD. Lagu-lagunya pun diselaraskan dengan
lagu tradisional jawa dengan ritme jazz.
Jazz Mben Senen, sebagai gelaran Jazz paling rutin di
Jogja, dapat disaksikan secara gratis. Terletak di Jantung Kota Jogja, membuat
siapapun dapat menikmati lantunan music Jazz dengan konsep berbeda dan Njogjani banget. Bagi kalian yang
berniat menyaksikan gelaran ini, tidak ada nada lagi jargon I Hate Monday! Hehee….
Tag :
lifestyle
0 Komentar untuk "Jazz Mben Senen : Icon Jazz Jogjakarta"