Begal, Remaja dan Krisis Identitas



 Begal sebetulnya bukan hal baru di negeri ini. Bahkan, begal sudah terjadi sejak zaman kaisar China dahulu. Dalam sejarahnya, korban pembegalan adalah orang-orang yang bepergian, dengan membawa banyak harta, biasanya adalah para pedagang. Di tengah perjalanan, di tempat yang sepi biasanya para pembegal melakukan aksinya. Namun sekarang, pembegalan identik dengan perampasan kendaraan bermotor, pun tidak kenal waktu. Pembegalan bisa saja terjadi pada siang sore, siang, bahkan pagi hari.

 Menyimak media massa belakangan ini, nampaknya sedang marak terjadi pembegalan di mana-mana. Anehnya, pemerintah belum menetapkan status darurat begal, berbeda dengan darurat narkoba yang sama-sama memakan korban jiwa. Setiap hari di televisi, di koran-koran, di portal berita online mudah ditemukan berita tentang pembegalan, di berbagai tempat, dari sabang sampai merauke tanpa henti.

 Mungkin beberapa orang berpikir, saat ini geng begal di seluruh  Indonesia sedang melakukan operasi besar-besaran, ataukah hanya media massa yang berlebihan memberitakan porsi tentang pembegalan? Adapula yang menyebut pembegalan sebagai pengalihan isu. Kenyataannya, pembegalan bukan hal baru yang terjadi di Indonesia.

Mengacu pada  kamus besar Bahasa Indonesia, begal berarti penyamun. Jika ditambahkan menjadi membegal artinya merampas di jalan. Namun jika menjadi kata pembegalan artinya proses, cara, perbuatan membegal.  Bahkan cerita tentang begal bisa ditemui di dalam literature jawa. Pembegalan di Indonesia sudah sangat serius, pelaku tidak segan-segan untuk melukai korbannya, bahkan membunuh korbannya untuk mendapatkan apa yang begal inginkan.

Salah menyalurkan bakat
Kebanyakan pelaku pembegalan akhir-akhir ini, di dominasi oleh para remaja. Menurut Psikolog Universitas Gadjah Mada (UGM)  Prof. Kwartarini Wahyu Yuniar, hal tersebut disebabkan adanya kesalahan dalam penyaluran bakat yang dimiliki oleh para remaja. Mereka seharusnya bisa saja menyalurkan tenaga, bakat dan keberaniannya itu dalam kegiatan yang posistif seperti militer, tinju, sepakbola dan kegiatan lainnya yang dikemas secara positif.

 Rata-rata pelaku kriminal pembegalan tersebut, yang kebanyakan masih remaja dapat dibilang masih berada dalam proses pencarian jati diri. Mereka cenderung masih mudah menyerap hal hal yang positif maupun negatif di sekitarnya, dan tidak ragu-ragu untuk melakukan hal-hal baru. Akan tetapi hal itu tidak didukung oleh peran orangtua serta guru dalam menjalankan edukasi dan pendampingan terhadap perkembangannya. Disfungsi keluarga bisa dibilang menjadi akar permasalahan para remaja melakukan pembegalan, lemahnya ekonomi keluarga dan bebasnya pergaulan remaja menyebabkan para remaja dengan mudah masuk dalam lingkaran pelaku kejahatan.  

Dalam hal ini, hukuman yang dijatuhkan kepada para pelaku pembegalan di usia remaja adalah bukan hukuman penjara, mengingat tidak banyak orang yang berubah menjadi lebih baik setelah selesai menjalankan hukumannya di dalam penjara. Akan jauh lebih bijaksana apabila negara memberikan pembinaan dan rehabilitasi agar tenaga, keberanian para pelaku begal dapat disalurkan dalam hal-hal yang positif.  Selain itu juga diperlukan tindakan prefentif, yaitu penguatan penguatan fungsi keluarga dan sekolah dalam hal pendidikan karakter anak.

Pengaruh tayangan televisi yang tidak terkontrol, juga menyumbang peran maraknya pembegalan di Indonesia. Misalnya tayangan penuh kekerasan dan pergaulan bebas, membuat para remaja berpikir hal itu merupakan hal wajar untuk dilakukan. Selain itu gaya hidup mewah yang ditayangkan di televisi memicu para  remaja dari tingkat ekonomi lemah menghalalkan segala cara untuk bisa mengikuti gaya hidup tersebut, salah satunya dengan cara merampok dan mencuri.


Dalam hal ini, peran pemerintah pun sangat diperlukan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Maraknya pembegalan, dan pemberitaan di media massa membuat keresahan di berbagai lapisan masyarakat, khususnya bagi anak-anak sekolah dan wanita yang seringkali menjadi korban pembegalan.  Diperlukannya kebijakan konkret dari pemerintah dalam upaya prefentif sangat diperlukan sebelum jumlah pelaku pembegalan usia remaja semakin marak. 

Related Post:

0 Komentar untuk " Begal, Remaja dan Krisis Identitas "

Back To Top