Menyoal Akun Cantik di Kalangan Kampus




Kampus sebagai wadah berlangsungnya proses akademis maupun non akademis, memberikan kebebasan ‘penghuninya’ untuk mengembangkan dirinya. Kampus memberikan ruang afiliasi antar mahasiswa dengan berbagai latar belakang, dari situ kadang lahir berbagai ide-ide kreatif yang tentunya dapat dipandang dari perspektif positif maupun negatif.  

Mahasiswa, seiring perkembangan media sosial, cenderung mengikuti arus dan mengimprovisasi dirinya dalam berbagai hal. Contoh kecilnya adalah hal-hal sepele yang (mungkin) lahir dari keseloan  keisengan namun menarik untuk diperbincangkan. Salah satunya adalah ‘akun cantik’ di sosial media instagram.  Setahu saya, sejak tahun 2014 mulai bermunculan akun-akun yang memposting atau men-share foto-foto anak kampus yang mempunyai paras cantik. Cowok-cowok kampus biasanya tidak akan ketinggalan dengan hal ini, mereka biasanya diam-diam memfollow kemudian kepo.
 
Akun-akun semacam ini, awalnya muncul di kalangan mahasiswa/i di kampus-kampus ternama seperti UI dan UGM. Sebutlah @anakuicantik, @ugmcantik, dan @budadariugm.  Berawal dari situ muncullah akun-akun serupa di berbagai kampus, seperi @unjcantik @uii_cantik @upncantik @stieykpncantik dan sebagainya. Admin atau pemilik akun menyeleksi mahasiswi-mahasiswi kampus yang beredar’ di sosial media, kemudian menshare melalui akun-akun tersebut dengan asumsi bahwa mahasiswi yang fotonya dishare di akun tersebut termasuk dalam kategori cantik di kampusnya.

Hingga sekarang, akun-akun ‘cantik’ tersebut dapat meraup follower yang tidak sedikit, atau dapat dibilang banyak pula yang mengapresiasi positif lahirnya akun-akun tersebut. Follower terbanyak diraih oleh @anakuicantik, akun cantik dari kampus UI dengan followers lebih dari 35.000, kemudian disusul oleh @ugmcantik dengan jumlah followers sebanyak lebih dari 23.000. Selain akun cantik tersebut, tidak ketinggalan pula akun ganteng yang menshare mahasiswa tampan ke dalam akun tersebut, sebutlah @anakuiganteng dan @ugmganteng, namun popularitasnya masih relatif rendah.

Tidak dapat dipungkiri bahwa fenomena itu merupakan hal yang wajar. Terjadinya fenomena itu justru memperlihatkan kreatifitas mahasiswa dari kampus tersebut, kecintaan, kepedulian, dan sense of belonging yang dimiliki oleh mahasiswa. Terjadinya fenomena itu juga dapat dipandang sebagai bagian dari kreatifitas mahasiswa dalam bidang non akademik, yang tentunya tidak memiliki standar penilaian di atas kertas. Begitupula mempunyai akun instagram merupakan hak setiap orang tanpa ada hukum yang bisa melarang dan membatasinya. 

Seorang dosen Filsafat UI, melalui suaramahasiswa.com mengatakan bahwa akun media sosial seperti instagram memiliki dua sisi yang patut diperhatikan. “Instagram punya efek baik, komunikasi bisa menjangkau ruang spasial yang luas, namun kemudian akan menimbulkan eksploitasi. Contohnya, ada orang yang hanya ingin gaya-gayaan, jadi secara tidak langsung mendorong kepalsuan”.

Poin penting lainnya dari permasalahan tersebut adalah definisi cantik yang cukup bias. Setiap orang mempunyai konsep dan kriteria cantik yang berbeda-beda, hal itu tentunya dipengaruhi latar belakang budayanya masing-masing. Dalam kasus ini, cantik hanya ditentukan berdasarkan standar admin atau pemilik akun. Dampaknya, dapat mempengaruhi pandangan umum terhadap konsep subyektif itu. Dalam kasus ini, apabila kecantikan hanya dimaknai dari segi fisik seperti halnya dari segi fashion, makeup, asesoris bagus dan mahal. Hal itu akan memengaruhi orang sehingga berlomba-lomba memakai baju seksi, bermake-up tebal, memakai aksesoris yang mahal pula untuk dapat menyamai konsep cantik—yang sebenarnya bias—itu.

Disadari atau tidak, keberadaan akun-akun tersebut mampu menggiring opini publik tentang siapa saja sih mahasiswi dari kampusnya yang cantik. Hal itu menimbulkan akibat psikologis bagi mahasiswi yang belum/tidak masuk, mereka akan merasa bahwa dirinya tidak cantik, atau mahasiswi yang sudah masuk ke dalam akun tersebut akan merasa besar kepala dan cenderung  menggeser persepsinya terhadap diri sendiri.  Lalu para mahasiswi ini akan berlomba-lomba agar bisa masuk ke dalam akun tersebut.

Menyikapi hal tersebut, para mahasiswa tentunya harus dapat memilah-milah. Karena berada dalam lingkup kampus dan mengatas namakan kampus, tidak ada salahnya apabila kriteria cantik yang dijadikan indikator adalah kecantikan maknawi, misalnya berkaitan dengan prestasinya secara akademis – non aka demis di dalam kampus, dan sebagainya. Sehingga akun-akun tersebut dapat diterima dan dimaknai dengan persepsi yang lebih positif.
Tag : lifestyle
0 Komentar untuk "Menyoal Akun Cantik di Kalangan Kampus"

Back To Top